Kurikulum Merdeka, yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dan kebebasan dalam proses pembelajaran. Kurikulum ini mengutamakan pengembangan potensi siswa secara holistik, dengan penekanan pada kompetensi, kreativitas, dan pemecahan masalah. Salah satu elemen penting yang mendukung keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka adalah asesmen pembelajaran.

1. Asesmen Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum Merdeka

Asesmen dalam Kurikulum Merdeka tidak hanya berfungsi untuk menilai pencapaian kompetensi kognitif siswa, tetapi juga mengukur aspek afektif dan psikomotorik mereka. Kurikulum ini mendorong para pendidik untuk menggunakan berbagai macam asesmen yang lebih beragam, autentik, dan berbasis pada pengalaman nyata siswa. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.

SMPN 6 Surabaya, sebagai salah satu sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, telah berusaha mengadaptasi asesmen yang sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut. Asesmen tidak lagi terbatas pada ujian tertulis yang bersifat sumatif, tetapi lebih berfokus pada asesmen formatif yang memberikan umpan balik langsung untuk memperbaiki proses pembelajaran.

2. Jenis-jenis Asesmen di SMPN 6 Surabaya

Di SMPN 6 Surabaya, asesmen dilakukan secara beragam, antara lain:

  • Asesmen Portofolio: Siswa diminta untuk mengumpulkan hasil karya mereka dalam bentuk portofolio yang mencerminkan perkembangan belajar sepanjang semester. Portofolio ini berisi tugas, proyek, refleksi diri, dan catatan lainnya yang menunjukkan progres siswa.
  • Asesmen Proyek: Proyek yang melibatkan siswa dalam kerja kelompok atau individu menjadi bagian dari penilaian dalam Kurikulum Merdeka. Siswa diberi kebebasan dalam menentukan topik proyek yang relevan dengan konteks kehidupan mereka, yang memungkinkan mereka mengembangkan keterampilan abad 21 seperti kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
  • Asesmen Kinerja: Dalam asesmen kinerja, siswa dievaluasi berdasarkan aktivitas praktikal yang menunjukkan kemampuan mereka dalam menerapkan pengetahuan dalam situasi nyata. Misalnya, dalam mata pelajaran IPA, siswa dapat diminta untuk melakukan percobaan sains dan menjelaskan hasilnya.
  • Asesmen Diri dan Teman: Siswa diajak untuk mengevaluasi diri mereka sendiri dan teman-teman mereka, yang tidak hanya meningkatkan kesadaran akan proses belajar mereka tetapi juga mendorong mereka untuk lebih bertanggung jawab atas pencapaian akademik mereka.

3. Peran Guru dalam Asesmen Pembelajaran

Guru di SMPN 6 Surabaya memainkan peran penting dalam mendesain dan melaksanakan asesmen pembelajaran. Mereka tidak hanya bertindak sebagai evaluator, tetapi juga sebagai fasilitator yang memberikan panduan, bimbingan, dan umpan balik yang konstruktif. Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, guru diajak untuk menjadi lebih kreatif dalam merancang asesmen yang bisa mendorong eksplorasi dan penerapan pengetahuan oleh siswa.

Di samping itu, guru juga dilatih untuk lebih sensitif terhadap kebutuhan dan potensi individu siswa, sehingga asesmen yang dilakukan bisa lebih personal dan mendalam. Keberagaman hasil asesmen ini memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai perkembangan siswa dalam berbagai aspek.

4. Tantangan dalam Implementasi Asesmen di SMPN 6 Surabaya

Meski begitu, implementasi asesmen dalam Kurikulum Merdeka di SMPN 6 Surabaya tidak lepas dari tantangan. Beberapa tantangan utama yang dihadapi antara lain:

  • Kesulitan dalam Penilaian Holistik: Guru perlu mengadaptasi metode asesmen yang tidak hanya mengukur aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik siswa. Hal ini memerlukan waktu dan keterampilan khusus dalam menyusun instrumen asesmen yang sesuai.
  • Keterbatasan Infrastruktur dan Sumber Daya: Beberapa jenis asesmen, seperti asesmen berbasis teknologi atau proyek yang melibatkan media digital, membutuhkan infrastruktur yang memadai. Meskipun SMPN 6 Surabaya telah berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut, keterbatasan sumber daya tetap menjadi kendala.
  • Peningkatan Kompetensi Guru: Agar asesmen dapat berjalan dengan efektif, guru perlu dilatih lebih lanjut dalam hal teknik asesmen dan pemanfaatan teknologi. Peningkatan kapasitas guru dalam hal ini menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan implementasi asesmen dalam Kurikulum Merdeka.

5. Kesimpulan

Secara keseluruhan, asesmen pembelajaran dalam implementasi Kurikulum Merdeka di SMPN 6 Surabaya telah berjalan dengan baik dan berfokus pada pengembangan potensi siswa secara menyeluruh. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, keberagaman jenis asesmen yang digunakan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kemajuan dan kebutuhan siswa. Dengan peran aktif guru dalam mendesain dan melaksanakan asesmen, diharapkan siswa di SMPN 6 Surabaya dapat mengembangkan kompetensi yang lebih baik, baik dalam ranah pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *